Berikut tulisan saya mengenai inflasi 2007 yang berjudul Tercapaikah target inflasi? yang terbit di Harian Bisnis Indonesia hari Senin (8 Oktober 2007, hal 1) Intinya menunjukkan bahwa inflasi ternyata lebih disebabkan oleh inflasi inti (core inflation)-- yang sedikit banyak ada dibawah kendali Bank Indonesia-- ketimbang akibat inflasi dari harga yang bergejolak atau tak diatur pemerintah (volatile). Akan tercapaikah target inflasi? Bagaimana antisipasi kebijakannya?
Dalam beberapa bulan terakhir ini diskusi mengenai inflasi mengemuka di media massa. Ada semacam kekhawatiran inflasi terus merayap naik.
Tak heran bila kemudian muncul pertanyaan apakah target inflasi yang ditetapkan ((6±1 %) akan tercapai? Pertanyaan ini tidak sepenuhnya salah. Lengkapnya...
4 komentar:
Tulisan di bisnis.com itu sangat bagus dan menarik.
Seandainya BI bisa mengeluarkan peraturan sementara agar bank2 umum nas (swasta/BUMN) diharuskan membeli long-dated obligasi pem RI dan menjual short-dated oblgs pem RI di salah satu dealer oblgs pem RI yg ditunjuk (mungkin ada di NY atau London). Agar yield curve sedikit berotasi.
Logikanya kalo pasar keu global tdk bisa dikendalikan, kendalikan dr dalam negeri.
Terima kasih,
Pertanyaannya adalah apakah cara memaksa perusahaan untuk membeli bond tertentu akan efektif? Saya kira harus dengan market based approach
1. Sdg berada dimana siklus bisnis di Indonesia? Kapan kita terakhir resesi saja aku ga tahu? Di website Bappenas pun aku ga bisa mendapatkan jawaban resmi itu. Mungkin memang sdg recovery shg permintaan kredit tinggi dan bunga kredit jd tinggi. Ekspektasi inflasi bisa tinggi krn ekspansi dianggap terus2an.
2. Mungkin akhir2 banyak yg kredit rumah atau beli/bangun rumah. Atau mungkin memang sdg banyak yg minta kredit utk bangun pabrik, buka tambang dll. Mungkin banyak pegawai baru yg gaji langsung dipakai u/ cicilan ini itu atau setoran asuransi/reksadana. Mungkin banyak supermaket Giant dibuka. Itu semua kan bisa dibilang indikasi.
3. Masuk akal juga sih krn negara kita msh growing, jd pasar menganggapnya recovery terus dan pemodal menganggapnya ekspansi. Kalau ternyata bubble bgmn? Kalau akhirnya berkontraksi tentu akan lbh parah.
4. Utk isu obligasi pem: US, UK & neg maju yg lain sdh mencoba mengeluarkan obligasi yg nilai mukanya berubah sesuai indeks harga konsumen (inflation protected). Shg yield curve selalu diharapkan rata sesuai kupon. Kenapa ga dicoba.
5. Mungkin tingkat bunga nominal yg tinggi sekarang memang terisi dgn porsi expected inflasi yg besar, tp karena pem gagal menyikapi tingginya permintaan kredit yg datangnya sekaligus tdk dipecah2 dlm periode2 waktu tertentu.
6. Bisa jadi kebijakan pem akhir2 ini timingnya selalu ga sikron dengan siklus bisnis atau signal dr indikator makro. Bisa jadi sdg recovery tp malah di-los dgn alasan liberalisasi, yg akhirnya membuat bangsa jor2an. Bisa jadi bunga sdg tinggi tp malah dipermudah kesempatan berbisnis bukannya dipersulit.
Keziana
Pada prinsipnya yang anda katakan adalah adanya fenomena demand pull inflation. Dan anda benar, sayangnya kenaikan permintaan ini tidak dapat diimbangi oleh sisi penawaran (yang saya sebut supply constraint dalam tulisan saya). Karena itu mungkin baik bila BI tidak menurunkan bunga dulud dalam kondisi inflasi yang relatif naik ini (syukur dalam RDG lalu tingkat bunga tidak diturunkan). Mungkin setelah ekspekasi inflasi dapat diredam, tingkat bunga dapat diturunkan lagi sedikit
Posting Komentar