tag:blogger.com,1999:blog-133626202323693631.post5476806772182676428..comments2023-10-28T20:58:30.109+07:00Comments on Diskusi Ekonomi: Konspirasi-MCBUnknownnoreply@blogger.comBlogger8125tag:blogger.com,1999:blog-133626202323693631.post-53325239678774376422009-12-31T11:30:08.422+07:002009-12-31T11:30:08.422+07:00bangsa kita harus berpikir lebih maju dan tidak be...bangsa kita harus berpikir lebih maju dan tidak berpikiran negatif sebelum adanya buktirezahttp://paper.pasca.gunadarma.ac.idnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-133626202323693631.post-55612546607709938372008-03-25T12:28:00.000+07:002008-03-25T12:28:00.000+07:00Saya kira teori konspirasi menggunakan logika dasa...Saya kira teori konspirasi menggunakan logika dasar teori ekonomi juga:<BR/><BR/>1. Setiap individu/kelompok diasumsikan self-interest<BR/>2. Latar belakang institusi dan sejarah sebagai fungsi tujuan dan kendala<BR/>3. Upaya maksimisasi self-interest menghasilkan revealed preference <BR/><BR/>Dan sebagaimana teori ekonomi, kita selalu bisa mengkritisi kesahihan teori konspirasi dengan menilai apakah asumsi-asumsi yang digunakan realistis dan apakah logika dalam menuju konklusi tidak mengandung kekeliruan.<BR/><BR/>Hanya saja, teori ekonomi beruntung dapat dengan mudah memperoleh data-data yang dibutuhkan untuk mengujinya. Sedangkan teori konspirasi mengandalkan peristiwa-peristiwa yang muncul di berita dan informasi orang dalam yang sulit ditelusuri kesahihannya.Saidhttps://www.blogger.com/profile/12764431200618692471noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-133626202323693631.post-65702384326809112552008-03-16T02:34:00.000+07:002008-03-16T02:34:00.000+07:00Saya tidak setuju dengan pendapat penulis yang men...Saya tidak setuju dengan pendapat penulis yang menganggap sikap mencurigai adanya skenario AS atau negara maju di balik sebuah keputusan politik atau kebijakan ekonomi adalah sikap yang sangat merendahkan / menunjukkan ketidakpercayaan diri negara berkembang.<BR/><BR/>Justru sikap seperti ini sangat diperlukan untuk mengkritisi sebuah keputusan politik atau kebijakan ekonomi yang terasa aneh dan sangat merugikan rakyat.<BR/><BR/>jika tidak ber-teori konspirasi, jangan2 kita malah terlena dengan keputusan dan kebijakan pemerintah yang nota bene akan merugikan rakyat banyak.<BR/><BR/>contoh :<BR/>Rezim ORBA, pada awal kekuasaannya "mengemis" pada AS agar mendapatkan dan bantuan utk mengatasi keterpurukan ekonomi di Indonesia. AS menggunakan pendekatan multilateral, dengan melibatkan IMF, Bank Dunia, ADB, dan PBB. Sejak itu, utang luar negeri dijadikan sumber pembiayaan pembangunan. Indonesia pun terperosok dalam jebakan utang luar negeri (Debt Trap). <BR/><BR/>Utang luar negeri adalah metode ampuh bagi para kreditor untuk menguasai Sumber Daya Alam Indonesia. Pemerintah pun akhirnya bisa didikte asing. <BR/><BR/>Lihat saja Freeport, perusahaan penguasa tambang emas terbesar di dunia yang berada di Papua. Tahun 2004, keuntungan bersih perusahaan ini Rp.9,34 triliun (yang dilaporkan, entah yang sebenarnya) larinya ke AS, karena 81,2 % sahamnya dikuasai Freeport McMoran. Sisanya cuma 9,4 % milik pemerintah. Yang 9,4 % lagi milik Indocooper Investama. Indocooper ini juga sahamnya 100% milik Freeport McMoran. Yang aneh, Walaupun kontrak Freeport habis tahun 1997, tapi tahun 1991 kontrak tersebut sudah diperbaharui dan Freeport mendapat lisensi baru untuk mengeruk emas papua lagi sampai 30 tahun ke depan, bahkan ditambah opsi 2x10 tahun.Jadi Freeport berhak berada di Papua s.d. tahun 2041. Indonesia mau dapat apa? sisa2 emas yang tercecer?<BR/><BR/>Presiden Lyndon Baines Johnson dalam pertemuan kabinet Tgl 18 Okt. 1967 pun menyatakan kekayaan alam indonesia yang melimpah seperti minyak, mineral, timbal, dan perikanan adalah sebagai alasan utk membantu Indonesia.<BR/>Lihat Johnson Library, Cabinet Papers, Cabinet Meeting, 10/18/67, http://www.state.gov/r/pa/ho/frus/johnsonlb/xxvi/4436.htmAnonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-133626202323693631.post-85988247896286540602008-02-06T10:02:00.000+07:002008-02-06T10:02:00.000+07:00Bang Dede,Mungkin sudah dari "sono"-nya bangsa kit...Bang Dede,<BR/><BR/>Mungkin sudah dari "sono"-nya bangsa kita senang dengan teori konspirasi. Namun menurut saya media juga berperan dalam "mempromosikan" agen conspiracy-theorist, even dalam analisa ekonomi. Apakah editor-editor ekonomi di media itu sedemikian resilient dalam melakukan review tulisan yang layak diterbitkan, atau terdapat faktor-faktor lain?<BR/>Saya memperhatikan Kompas dalam setahun terakhir, ikut "menyebarkan" analisa, yang bukan saja penuh dengan teori konspirasi, namun rather "menyesatkan" dari sisi analisa ekonomi.<BR/>Salah satu contoh dalam link berikut:<BR/>http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0712/29/ekonomi/4095218.htmBandar Kedelehttps://www.blogger.com/profile/07650122936394015545noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-133626202323693631.post-13670922114498705172008-02-06T10:01:00.000+07:002008-02-06T10:01:00.000+07:00Bang Dede,Mungkin sudah dari "sono"-nya bangsa kit...Bang Dede,<BR/><BR/>Mungkin sudah dari "sono"-nya bangsa kita senang dengan teori konspirasi. Namun menurut saya media juga berperan dalam "mempromosikan" agen conspiracy-theorist, even dalam analisa ekonomi. Apakah editor-editor ekonomi di media itu sedemikian resilient dalam melakukan review tulisan yang layak diterbitkan, atau terdapat faktor-faktor lain?<BR/>Saya memperhatikan Kompas dalam setahun terakhir, ikut "menyebarkan" analisa, yang bukan saja penuh dengan teori konspirasi, namun rather "menyesatkan" dari sisi analisa ekonomi.<BR/>Salah satu contoh dalam link berikut:<BR/>http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0712/29/ekonomi/4095218.htmBandar Kedelehttps://www.blogger.com/profile/07650122936394015545noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-133626202323693631.post-47765388655684120932007-12-29T02:47:00.000+07:002007-12-29T02:47:00.000+07:00Mungkin juga ini berhubungan dengan psikologi. Tan...Mungkin juga ini berhubungan dengan psikologi. Tanpa menghubungkannya dengan realita sosial yang rumit (motif, makna dsb), bisa jadi ini efek psikologis: adanya kesulitan untuk menerima bahwa sebuah design bisa dihasilkan tanpa designer. Dengan kata lain, ini bias psikologis (bukan sosial) dimana otak manusia terlatih mencari pola (pattern).<BR/><BR/>Pastinya sudah banyak studi psikologis tentang ini. Tapi menarik jika dilakukan dalam konteks Indonesia. Apakah ada variasi dalam identifikasi pola menurut kelas sosial dan obyek yang diamati.Robyhttps://www.blogger.com/profile/17313212532955108268noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-133626202323693631.post-59911513370130957922007-12-27T19:18:00.000+07:002007-12-27T19:18:00.000+07:00Berpikir rumit adalah hasil dari ketidak tahuan da...Berpikir rumit adalah hasil dari ketidak tahuan dari kita terhadap permasalahan yg ada.<BR/><BR/>Saya sih melihat tidak ada salahnya berpikir rumit, yg penting tidak memaksakan kehendaknya. <BR/><BR/>Di ekonomi pun begitu, ada orang yg menikmati dan menerima begitu saja karya Adam Smith's The Theory of Moral Sentiments, ada yg ngaduk2x kenapa sampe Adam Smith bikin buku itu. Saling berargumen dalam tafsirnya seperti halnya yg terjadi di kitab suci.ki jokohttps://www.blogger.com/profile/16583981566209839079noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-133626202323693631.post-10758168257571594892007-12-26T01:11:00.000+07:002007-12-26T01:11:00.000+07:00Bang Dede, betul bahwa seringkali kita berpikir ru...Bang Dede, betul bahwa seringkali kita berpikir rumit dan terkadang paranoid sendiri. Namun, hal ini menurut saya didasari oleh prinsip insentif dan disinsentif yang dirasa selalu melatarbelakangi seluruh tindakan manusia.<BR/><BR/>Saya sendiri seringkali 'kecele' oleh karena cara berpikir saya yang selalu skeptis, yang anehnya seringkali memberikan hasil positif bagi saya.<BR/><BR/>Sulit untuk bisa keluar dari kungkungan pola pikir seperti itu. Bila Bang Dede dapat dengan mudah lolos dari 'penjara' itu, bagaimana caranya?Anonymousnoreply@blogger.com